Keagamaan

Pesantren Tanjung Singuru,Jejak Peradaban Islam Tertua di Garut

48
×

Pesantren Tanjung Singuru,Jejak Peradaban Islam Tertua di Garut

Sebarkan artikel ini
IMG 20250630 WA0013

 

Jabar.ex-pose.NET Garut – 30 juni 2025 Pondok Pesantren Tanjung Singuru menjadi salah satu saksi sejarah perkembangan Islam di wilayah Garut. Didirikan pada abad ke-16 oleh Syekh Fatah Rahmatullah dan dilanjutkan oleh Syekh Nur Faqih, pesantren ini menjadi pusat pendidikan Islam yang berpengaruh besar di Tatar Priangan.

Menurut Kang Oos Supyadin SE, MM, pemerhati kesejarahan dan budaya, keberadaan pesantren ini tidak lepas dari pengaruh Kanjeng Sinuhun Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Bahkan, nama “Limbangan” – cikal bakal Kabupaten Garut – diyakini diberikan langsung oleh Sunan Gunung Jati usai mengislamkan Prabu Liman Sanjaya yang kemudian bergelar Sunan Cipancar pada tahun 1525.

Salah satu wujud perhatian Cirebon terhadap wilayah Garut adalah pembentukan struktur kedaleman Kandangwesi – lebih dari 40 kedudukan setingkat Dalem – yang dibentuk untuk memperkuat dakwah Islam. Dalam konteks ini, Pesantren Tanjung Singuru memainkan peran strategis sebagai pusat pendidikan agama Islam.

Dalam literatur “Sejarah Bani Faqieh Al-Falah Biru Garut” karya Rd. Aceng Tajul Arifin (2006), disebutkan bahwa pada pertengahan abad ke-17, di bawah kepemimpinan Embah Ajengan Nur Faqih, Pondok Pesantren Tanjung Singuru tumbuh menjadi institusi keagamaan yang disegani oleh Kerajaan Timbanganten maupun pemerintah kolonial Belanda.

Pada masa keemasannya, pesantren ini menarik santri dari berbagai daerah di Nusantara, termasuk Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, hingga Madura. Pengaruh besar Syekh Nur Faqih bahkan membuat pemerintah kolonial memberikan otonomi khusus terhadap wilayah Tanjung Singuru, yang terdiri dari 12 kampung, dengan hak istimewa berupa pembebasan dari pajak, cukai, dan kerja paksa. Wilayah ini dipimpin langsung oleh Syekh Nur Faqih bersama seorang Senopati, Raden Bagus Angga Singa.

BACA JUGA  Kalapas Jember Telah Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Menjadi Salah Satu Bagian Dari Pembinaan Keagamaan

Hak otonomi tersebut menjadikan kehidupan warga 12 kampung ini lebih sejahtera karena bisa mengolah lahan subur tanpa tekanan kolonial. Keistimewaan ini bertahan hingga wafatnya Syekh Nur Faqih pada tahun 1711 M. Kepemimpinan pesantren pun diteruskan oleh putra-putranya, seperti Syekh Qomaruddin dan Syekh Nur Wajah.

Sayangnya, setelah wafatnya Syekh Nur Wajah, kejayaan pesantren mulai memudar. Namun, jejak keberlanjutan perjuangan Syekh Nur Faqih tetap abadi lewat sembilan keturunannya yang mendirikan pesantren di berbagai daerah di Garut, Bandung, dan sekitarnya, seperti Al-Falah Biru Tarogong, Cijengkol Kalar, dan Bojong Sirna.

Secara genealogi, Syekh Nur Faqih adalah keturunan ke-10 dari Sunan Gunung Jati, melalui jalur Panembahan Pasarean hingga Embah Ajengan Nur-Kamaluddin. Silsilah ini memperkuat posisi Pesantren Tanjung Singuru sebagai salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh dalam sejarah Islam di Garut.

Tulisan ini menjadi pengingat bahwa sejarah Islam di Garut dibangun melalui perjuangan panjang para ulama dan tokoh lokal, yang hingga kini warisannya masih terasa dalam kehidupan masyarakat.

✍️ Disusun oleh: Kang Oos Supyadin, SE., MM. – Pemerhati Kesejarahan dan Budaya
(Undang wiga)